Senin, 01 Agustus 2022

Cara Bijak Imam Syafi'i Saat Mengajar Murid yang Slow-Learner

 Hanindita Basmatulhana - detikEdu

Imam Syafi'i merupakan salah satu ulama besar dalam Islam. Beliau dapat menjadi ulama besar tentunya karena didikan serta bimbingan dari guru yang luar biasa pula. Imam Syafi'i adalah murid Imam Malik, dan kemudian Imam Syafi'i melahirkan ulama besar lainnya, yaitu Imam Ahmad bin Hanbal. Nama-nama tersebut adalah nama para pendiri mazhab fiqh dalam Islam.

Ada begitu banyak murid yang berguru pada Imam Syafi'i, salah satunya bernama Rabi' bin Sulaiman. Diketahui bahwa ia merupakan murid yang lambat dalam memahami materi dan lambat pula dalam menghafal.


Terkait dengan hal tersebut, ada kisah mengenai bagaimana Imam Syafi'i mengatasi kesulitan yang dialami Rabi', seperti diceritakan dalam buku berjudul Cerita Menarik Mengawali Pembelajaran oleh Soetarto Karsono.

*Kisah Imam Syafi'i Mendidik Rabi' bin Sulaiman*
Pada suatu hari, Imam Syafi'i sedang mengajar murid-muridnya seperti biasa. Namun Rabi' tidak paham apa yang diajarkan oleh Imam Syafi'i.


Seperti pada umumnya, di akhir pembelajaran, Imam Syafi'i kemudian bertanya kepada para murid-muridnya apakah mereka memahami materi yang disampaikannya. Beliau kemudian bertanya kepada Rabi',


"Rabi', sudah paham belum?"


"Belum paham", jawabnya.


Dengan penuh kesabaran, Imam Syafi'i kemudian kembali mengulangi pembahasan materi. Kemudian beliau kembali bertanya,


"Sudah paham belum?"


Sama seperti jawaban sebelumnya,


"belum", ucap Rabi'


Kemudian Imam Syafi'i kembali mengajarkan materi tersebut berkali-kali, bahkan hingga 39 kali. Namun Rabi' tak kunjung paham.


Merasa tidak enak kepada gurunya dan juga merasa malu, Rabi' pun meninggalkan majelis secara perlahan tanpa sepengetahuan sang guru. Ia juga tidak lagi datang ke majelis sang guru.


Imam Syafi'i tidak mendapati Rabi' ada di dalam majelis. Beliau pun bertanya-tanya dan akhirnya menyuruh salah satu murid untuk menghampiri Rabi' dan memerintahkannya agar datang ke rumah beliau.


Imam Syafi'i memahami apa yang dirasakan oleh Rabi'. Beliau berinisiatif untuk mengajari Rabi' secara privat. Rabi' pun datang ke rumah gurunya tanpa rasa malu dan minder.


Namun ternyata Rabi' tetap tidak paham dengan materi yang diajarkan. Padahal materi tersebut sudah diajarkan di kelas, dan bahkan diajarkan secara khusus kepada Rabi' di rumah gurunya.


Imam Syafi'i tidak berputus asa dalam mengajarkan Rabi', beliau pun tidak pernah mencemooh Rabi'. Beliau bahkan menyelipkan nama Rabi' dalam doanya, sebagaimana dijelaskan dalam buku bertajuk Ulama-Ulama Nusantara karya Thoriq Aziz Jayana.


Hingga pada akhirnya, Imam Syafi'i berkata, "Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu."


Mendengar nasihat yang diberikan gurunya, Rabi' pun melaksanakan nasihat tersebut. Ia kemudian senantiasa berdoa dan memohon pada Allah SWT. Rabi' juga terus berusaha dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.


Berkat dukungan gurunya, doa yang ia panjatkan, dan usaha yang ia lakukan, Rabi' pun menjadi salah satu perawi Hadits yang terkenal dengan periwayatannya yang sangat terpercaya.


Rabi' bahkan dipercaya oleh Imam Syafi'i untuk membantu beliau dalam menuliskan kitab al-Umm dan ar-Risalah.


Demikian kisah mengenai kesabaran yang dimiliki oleh Imam Syafi'i dalam mengajari murid Slow-Learner.

Baca artikel detikedu, "Cara Bijak Imam Syafi'i Saat Mengajar Murid yang Slow-Learner" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6210070/cara-bijak-imam-syafii-saat-mengajar-murid-yang-slow-learner.


0 komentar :